PERKEMBANGAN
ISLAM
DI SPANYOL
Makalah ini disusun
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
SEJARAH
PERADABAN ISLAM
Dosen
Pembimbing
Prof. Dr. H. IMAM FUADI, M.Ag
Disusun oleh:
I S W A T I
NIM: 2844124009
Program
Pasca Sarjana (S2)
Konsentrasi
Pendidikan Bahasa Arab
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
TULUNGAGUNG
2013
PENDAHULUAN
Setelah
berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran,
Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan itu bukan saja terlihat
dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan
Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang
mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan Eropa ini tidak
bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari Spanyol Islamlah Eropa
banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam mencapai masa sangat
penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen
banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru”
bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik
perhatian para sejarawan.
PEMBAHASAN
A. Masuknya Islam
Ke Spanyol
Islam pertama kali masuk ke
Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan
Islam dikenal dengan nama Iberia/ Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika
negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang
Arab menyebutnya Andalusia.
Sebelum
penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705
M). Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi
gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah
digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair
memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain
itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa
Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari
pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah
memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa pemerintahan
Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum dikalahkan
dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang
menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol
terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin
satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Tharik ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan
penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa
itu dengan satu pasukan perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara
berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang
dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam
tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair
pada tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad.
Thariq
ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya
lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim
Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan
Thariq ibn Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya
mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal
Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ
seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu). Kebudayaan islam memasuki Eropa
melalui beberapa jalan, antara lain melewati Andalusia. Ini karena kaum
muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8 abad lamanya. Pada masa
itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak perkembangannya. Kebudayaan
Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang pesat diberbagai pusatnya,
misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad
membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Selanjutnya,
keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian
utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada
masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan
sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan.
Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai
pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar
jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan
yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak
dapat dipisahkan dari adanya
faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternalnya antara lain
pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial, politik,
dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang menyedihkan.
Begitu juga dengan adanya
perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan, adanya konflik umat beragama
yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara mereka.
Kondisi terburuk terjadi pada masa
pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang dikalahkan Islam. Awal
kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya dari
Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah
Toledo diberhentikan begitu saja.
Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah
bahwa tentara Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi
mempunyai semangat perang. Selain itu orang Yahudi yang selama
ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi
perjuangan kaum Muslimin.
Adapun faktor internalnya yaitu suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam
yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khususnya. Para
pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh
percaya diri. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam
pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kehadiran
Islam di sana.
B.Perkembangan Islam Di Spanyol
Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu
dibagi menjadi enam periode yaitu :
1.Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan
para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus.
Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara
sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik dari
dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di
antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping
itu, terdapat perbedaan pandangan antara Khalifah di Damaskus dan gubernur
Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa
merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu,
terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu
yang amat singkat. Perbedaan pandangan politik itu
menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan
perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam
etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus bersaing yaitu suku
Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini sering
kali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada
figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada
gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak
lama. Periode ini berakhir dengan
datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan
seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada
pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di
Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I
yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk
ke Spanyol). Ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol.
Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil,
Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn
Abd al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini, umat Islam
Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan baik dibidang politik maupun bidang
peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.
Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu.
Pemikiran filsafat juga mulai pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman
al-Ausath.
Pada pertengahan abad ke-9
stabilitas negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang
mencari kesahidan (Martyrdom).
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini
datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M
membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu sejumlah orang yang
tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting diantaranya adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di
pegunungan dekat Malaga.
Sementara
itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering
terjadi..
Namun ada yang berpendapat pada periode ini dibagi
menjadi dua yaitu masa KeAmiran (755-912) dan masa ke Khalifahan (912-1013).
3.
Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd
al-Rahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”
yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifah tersebut
bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa Muktadir,
Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya
sendiri. Menurut
penilainnya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah
sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang
tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani
Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah gelar ini dipakai mulai tahun 929
M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang
yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II
(976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak
kemajuan dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd
al-Rahman al-Nasir mendirikan universitas Cordova.
Akhirnya
pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan
khalifah. Ketika itu Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil
yang berpusat di kota-kota tertentu
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari
tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau
Al-Mulukuth-Thawaif yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova,
Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah
Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam memasuki masa pertikaian
intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan
dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya
orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan.
Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus
berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan
untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain.
5.Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih
terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan,
yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya
adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika
Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat
di Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen,
tepatnya tahun 1118 M.
Dinasti Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn
Tumazi (w.1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di
bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh
kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami
Muwahhhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan kembali ke
Afrika Utara tahun 1235 M. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen
dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari
kekuasaan Islam.
6.Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini yaitu antara tahun (1232-1492)
ketika umat islam Andalus bertahan diwilayah Granada dibawah kuasa dinasti bani
Amar pendiri dinasti ini adalah Sultan Muhammad bin Yusuf bergelar Al-Nasr,
oleh karena itu kerajaan itu disebut juga Nasriyyah.
Periode ini, Islam hanya berkuasa
di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa
tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaannya.
Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn
Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella
untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang
sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang
mempersatukan kedua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup
puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu
Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada
akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdenand dan Isabella,
kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol tahun 1492 M.
Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan,
masuk Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh
dikatakan tidak ada lagi umat Islam didaerah ini.
A.Kemajuan Peradaban
· Kemajuan
Intelektual
Spanyol adalah negara yang subur.
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan) al-Muwalladun (orang-orang Spanyol
yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara),
al-shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria
yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan
tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang
masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir
memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia
yang melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan pembangunan fisik di
Spanyol.
a)
Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat
satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia
berperan sebagai jembatan penyeberangan yang dilalui ilmu pengetahuan
Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. minat terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M selama pemerintahan penguasa
Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M).
Tokoh utama pertama dalam sejarah
filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal
dengan Ibn Bajjah. Tokoh utama yang kedua adalah Abu
Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asa, sebuah dusun kecil di sebelah timur
Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M.
Bagian akhir abad ke-12 M menjadi saksi
munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat
dalam Islam, yaitu Rusyd dari Cordova.
Pada abad
ke 12 diterjemahkan buku Al-Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai
kedokteran. Diahir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Razi yang
lebih luas dan lebih tebal dari Al-Qanun.
b) Sains
Abbas ibn Fama termasyhur dalam ilmu
kimia dan astronomi. Ia orang yang pertama kali menemukan pembuatan kaca dari
batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash
terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari
dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong
modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahad
ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umi al-Hasan bint
Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidzh adalah dua orang ahli kedokteran
dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian
barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Ibn Jubair
dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania
dan Sicilia dan Ibn Bathuthah dari Tangier (1304-1377 M) mencapai Samudra Pasai
dan Cina. Ibn Khaldun (1317-1374 M) menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn
Khaldun dart Tum adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas
bertempat tinggal di Spanyol yang kemudian pindah ke Afrika.
c) Fikih
Dalam bidang fikih Spanyol dikenal
sebagai penganut mazhab Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini disana adalah
Ziyad ibn Abd al-Rahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya
yang menjadi qadhi pad masa Hisyam ibn Abd al- Rahman.
Ahli-ahli fikih lainnya yaitu Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id
al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
Sedillot
berkata, “Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat
pandangan kita karena
hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Prancis
menugaskan Dr. Peron untuk menerjemahkan buku Fiqh Al Mukhtashar karya Al
Khalik bin Ishaq bin Ya’qub (w. 1422 M).
a) Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni
suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan ibn Nafi
yang dijuluki Zaryab. Setiap
kali diadakan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai pengubah lagu. Ilmu yang dimilikinya itu
diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.
b) Bahasa
dan Sastra
Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol.
Diantara para ahli yang mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara
maupun tata bahasa yaitu Ibn Sayyidih, Ibn malik pengarang Alfiyah, Ibn Huruf,
Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Gharnathi.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Orang-orang memperkenalkan pengaturan
hidrolik untuk tujuan irigasi. Kalau
dam digunakan untuk mengecek curah air waduk dibuat untuk konservasi. Pengaturan
hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan
roda air asal Persia yang dinamakan na’urah (Spanyol Noria). Namun pembangunan
fisik yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti
pembangunan kota, istana, masjid, pemukiman, taman-taman. Di antara pembangunan
yang megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja’fariyah di Saragosa,
tembok Toledo, istana al-Makmun, mesjid Seville dan istana al-Hamra di
Granada.
· Faktor-faktor Pendukung
Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat
ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman
al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin
tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori
kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa
terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi.
KESIMPULAN
Islam pertama kali masuk ke
Spanyol pada tahun 711 M melalui jalur Afrika Utara. Wilayah Andalusia yang
sekarang disebut dengan Spanyol diujung selatan benua Eropa, masuk kedalam
kekuasaan dinasti bani Umayah semenjak Tariq bin Ziyad, bawahan Musa bin
Nushair gubernur Qairuwan, mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik Raja
bangsa Gothia (92 H/ 711 M). Spanyol diduduki umat islam pada zaman kholifah
Al-Walid (705-715), salah seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di
Damaskus.
Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode yaitu:
Periode Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga
(912-1013 M), Periode Keempat (1013-1086 M), Periode Kelima (1086-1248 M), dan
Periode Keenam (1248-1492 M).
Kemajuan
peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan intelektual yang di dalamnya terdapat
ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan kesenian, begitu juga dengan bahasa dan
sastra, dan kemegahan pembangunan fisik.
Faktor-faktor
pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan
oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith
dan Abd al-Rahman al-Nashir.
Keberhasilan
politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan
penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya
toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agama Kristen dan
Yahudi.
DAFTAR PUSTAKA
Dr. As-Siba’i Mustafa, Peradaban Islam Dulu,
Kini dan Esok. Gema Insani Press, Jakarta : 1993
Dr. Yatim
Badri, M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada :
2003
Katalog
Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebuidayaan Islam,
Logos Wacana Ilmu Jakarta 1996
Majid
Mun’im Abdul, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka : 1997
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi
Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
Prof. Dr.
Hj. Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur,
Penada Media: 2003
Perpustakaan
Nasional : Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.